Kamis, 23 Mei 2013

makalah poliomelitis


A. Pengertian Poliomelitis
Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta autropi otot.
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir kesistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).
read more

B.   Etiologi
Factor penyebab polio yang utama adalah:
·      Virus polio.
Penularan virus terjadi melalui beberapa cara:
·      Melalui percikan ludah.
·      Melalui tinja penderita.

Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu:
·     Brunhilde
·     Lansing
·     Leon; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan pengeringan /oksidan. Masa inkubasi : 7-10-35 hari.
C.   Gejala Klinis
Poliomielitis terbagi menjadi empat bagian yaitu :
1.      Poliomielitis asimtomatis : Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.
2.      Poliomielitis abortif : Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.
3.      Poliomielitis non paralitik : Gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis abortif , hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk kedalam fase ke2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior.
4.      Poliomielitis paralitik : Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan paralysis fesika urinaria dan antonia usus.

Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain :
·     Bentuk spinal. Gejala kelemahan / paralysis atau paresis otot leher, abdomen, tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas.
·     Bentuk bulbar. Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi.
·     Bentuk bulbospinal. Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar.
·      Kadang ensepalitik. Dapat disertai gejala delirium, kesadaran menurun, tremor dan kadang kejang.
D. Patofosiologi
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis ialah :
1.      Medula spinalis terutama kornu anterior.
2.      Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta formasio retikularis yang mengandung pusat vital.
3.       Sereblum terutama inti-inti virmis.
4.      Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan kadang-kadang nucleus rubra.
5.       Talamus dan hipotalamus.
6.      Palidum.
7.      Korteks serebri, hanya daerah motorik.
Cara penularannya dapat melalui :
v  Inhalasi
v   Makanan dan minuman
v  Bermacam serangga seperti lipas, lalat, dan lain-lain.
Penularan melalui oral berkembambang biak diusus→verimia virus+DC faecese beberapa minggu.

E.     Pencegahan Terjadinya Penyakit Poliomelitis
Adapun upaya pencegahan yang dapat dilakukan dalam mencegah terjadinya poliomelitis antara lain :
1.    Pemberian imunisasi pada usia balita.
2.    survailance accute flaccid paralysis atau penemuan penderita yang dicurigai lumpuh layuh pada usia di bawah 15 tahun. Mereka harus diperiksa tinjanya untuk memastikan karena polio atau bukan.
3.    Tindakan lain adalah melakukan mopping-up. Yakni, pemberian vaksinasi massal di daerah yang ditemukan penderita polio terhadap anak usia di bawah lima tahun tanpa melihat status imunisasi polio sebelumnya.

F.   Asuhan Keperawatan Terhadap Penyakit Poliomelitis
1.       Pengkajian
v Riwayat Kesehatan
Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas
v Pemeriksaan Fisik
a.      Nyeri kepala
b.      Paralisis
c.       Refleks tendon berkurang
d.      Kaku kuduk
2.       Diagnosa Keperawatan
1.      Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah.
2.      Hipertermi b/d proses infeksi.
3.      Resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas b/d paralysis otot.
4.       Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf.
5.       Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis.
3.       Intervensi
1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah.
Ø Intervensi:
a.    Kaji pola makan klien.
b.    Berikan makanan secara adekuat.
c.    Berikan nutrisi kalori, protein, vitamin dan mineral.
d.    Timbang berat badan.
e.    Berikan makanan kesukaan klien.
f.     Berikan makanan tapi sering.
Ø  Rasional:
a.      Mengetahui intake dan output klien.
b.      Untuk mencakupi masukan sehingga output dan intake seimbang.
c.       Mencukupi kebutuhan nutrisi dengan seimbang.
d.      Mengetahui perkembangan klien.
e.      Menambah masukan dan merangsang anak untuk makan lebih banyak.
f.        Mempermudah proses pencernaan.
2.      Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
Ø Intervensi:
a.    Pantau suhu tubuh.
b.    Jangan pernah menggunakan usapan alcohol saat mandi/kompres.
c.     Hindari mengigil.
d.    Kompres mandi hangat durasi 20-30 menit.
Ø Rasional:
a.    Untuk mencegah kedinginan tubuh yang berlebih.
b.    Dapat menyebabkan efek neurotoksi.
c.     Mengurangi penguapan tubuh.
d.    Dapat membantu mengurangi demam.
3.      Resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan paralysis otot.
Ø   Intervensi:
a.   Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman.
b.    Auskultasi bunyi nafas.
c.     Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk tinggi atau semi fowler
d.   Berikan tambahan oksigen.
Ø   Rasional:
a.   Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi dapat mencegah komplikasi.
b.   Mengetahui adanya bunyi tambahan.
c.    Merangsang fungsi pernafasan atau ekspansi paru.
d.   Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru.
4.      Nyeri berhubungan dengan proses infeksi yang menyerang syaraf.
Ø Intervensi:
a.      Lakukan strategi non farmakologis untuk membantu klien mengatasi nyeri
b.     Ajarkan klien untuk menggunakan strategi non farmakologis khusus sebelum nyeri.
c.         Minta keluarga membantu klien dengan menggunakan srtategi selama nyeri.
d.      Kolaborasi dalam pemberian obat analgesic sesuai indikasi.
Ø Rasional:
a.      Teknik-teknik seperti relaksasi, pernafasan berirama, dan distraksi dapat membuat nyeri dan dapat lebih di toleransi.
b.      Karena orang tua adalah yang lebih mengetahui anak.
c.           Pendekatan ini tampak paling efektif pada nyeri ringan.
d.       Latihan ini mungkin diperlukan untuk membantu klien berfokus pada tindakan yang diperlukan.
e.      Obat analgesik dapat Mengurangi rasa nyeri.
5.       Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan paralysis.
Ø Intervensi:
a.      Tentukan aktivitas atau keadaan fisik klien.
b.      Catat dan terima keadaan kelemahan (kelelahan yang ada).
c.           Indetifikasi factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk aktif seperti pemasukan makanan yang tidak adekuat.
d.      Evaluasi kemampuan untuk melakukan mobilisasi secara aman.
Ø Rasional:
a.      Memberikan informasi untuk mengembangkan rencana perawatan bagi program rehabilitasi.
b.      Kelelahan yang dialami dapat mengindikasikan keadaan anak.
c.          Memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah untuk mempertahankan atau meningkatkan mobilitas.
d.      Latihan berjalan dapat meningkatkan keamanan dan efektifan anak untuk berjalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar