Jumat, 15 Juni 2012

anemia pada anak


 ANEMIA

A.    Pengertian
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin menurun sehingga tubuh akan mengalami hipoksia sebagai akibat kemampuan kapasitas pengangkutan oksigen dari darah berkurang.
B.     Klasifikasi Anemia
Anemia dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian :
v  Anemia defisiensi
Anemia yang terjadi akibat kekurangan faktor-faktor pematangan eritrosit, seperti defisiensi besi, asam folat, vitamin B12, protein, piridoksin dan sebagainya.
v  Anemia aplastik
Anemia yang terjadi akibat terhentinya proses pembuatan sel darah  oleh sumsum tulang.
v  Anemia hemoragik
Anemia yang terjadi akibat proses perdarahan masif atau perdarahan yang menahun.

v   Anemia hemolitik
Anemia yang terjadi akibat penghancuran sel darah merah yang berlebihan. Bisa bersifat intrasel seperti pada penyakit talasemia, sickle cell anemia/ hemoglobinopatia, sferosis congenital atau bersifat ektrasel seperti intoksikasi, malaria, inkompabilitas golongan darah, reaksi hemolitik pada transfusi darah.
C.    Etiologi
Anemia pada anak disebabkan oleh faktor-faktor yang sama dengan anemia pada orang dewasa. Namun, penyebab anemia pada anak-anak juga memiliki kekhasan tersendiri, di antaranya:
·         Zat besi
Kekurangan zat besi adalah penyebab utama anemia pada anak. Sebenarnya, bila anak mendapatkan makanan bergizi yang cukup, sangat kecil kemungkinannya mereka mengalami kekurangan zat besi. Namun, banyak anak-anak dari kalangan tidak mampu yang kurang mendapatkan makanan bergizi sehingga mengalami anemia dan gejala kurang gizi lainnya. Anak-anak dari kalangan mampu juga dapat terkena anemia bila memiliki gangguan pola makan atau berpola makan tidak seimbang.
·         Parasit
Anak-anak dapat mengalami anemia karena mengidap cacingan. Pola makan anak mungkin normal, namun penyerapan nutrisinya terganggu karena diserobot cacing di dalam perutnya.
·         Menstruasi
Anemia dapat terjadi pada remaja putri yang mengalami perdarahan menstruasi berat dan berkepanjangan.

·         Infeksi
Penyakit infeksi tertentu dapat mengganggu pencernaan dan mengganggu produksi sel darah merah.
·         Penyakit ginjal
 Anemia dapat menjadi tanda awal gangguan ginjal pada anak.
Jenis anemia khusus yang disebut anemia hemolitik disebabkan oleh penghancuran sel-sel darah merah secara prematur dan sumsum tulang tidak bisa memenuhi permintaan tubuh untuk sel-sel baru. Bentuk umum dari anemia hemolitik yang bersifat genetik adalah anemia sel sabit, talasemia, dan defisiensi dehidrogenase glukosa-6-fosfat. Jenis lainnya yang disebut anemia aplastik disebabkan oleh kelainan darah di mana sumsum tulang tidak membuat sel-sel darah baru dalam jumlah cukup.
Selain penyebab di atas terdapat beberapa penyebab lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya anemia pada anak yaitu sebagai berikut :
·         Genetik
Kelainan herediter atau keturunan juga bisa menyebabkan anemia. Kelainan genetik ini terutama terjadi pada umur sel darah merah yang terlampau pendek sehingga sel darah merah yang beredar dalam tubuh akan selalu kekurangan. Anemia jenis ini dikenal dengan nama sickle cell anemia.
·         Pecahnya dinding sel darah merah
Anemia yang disebabkan oleh karena pecahnya dinding sel darah merah dikenal dengan nama anemia hemolitik. Reaksi antigen antibodi dicurigai sebagai biang kerok terjadinya anemia jenis ini.
·         Gangguan sumsum tulang
Sumsum tulang sebagai pabrik produksi sel darah juga bisa mengalami gangguan sehingga tidak bisa berfungsi dengan baik dalam menghasilkan sel darah merah yang berkualitas. Gangguan pada sumsum tulang biasanya disebabkan oleh karena metastase sel kanker dari tempat lain.
·         Perdarahan
Perdarahan yang banyak saat trauma baik di dalam maupun di luar tubuh akan menyebabkan anemia dalam waktu yang relatif singkat.
·         Kekurangan vitamin B12
Anemia yang diakibatkan oleh karena kekurangan vitamin B12 dikenal dengan nama anemia pernisiosa.
D.    Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau destruksi, hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh dengan dasar : hitung retikulosit dalam sirkulasi darah, derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsy dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
E.     Manifestasi Klinis
Beberapa ciri tanda-tanda anak yang mengalami anemia diantaranya yaitu :
v  Anak terlihat lemah, letih, lesu selain itu anak juga terlihat pucat. hal ini karena oksigen yang dibawa ke seluruh tubuh berkurang karena media transportnya (HB) kurang sehingga tentunya yang membuat energi berkurang dan dampaknya adalah 3L, lemah letih lesu.
v  Mata berkunang-kunang. Hampir sama prosesnya dengan yang diatas, karena darah yang membawa oksigen berkurang, aliran darah serta oksigen ke otak berkurang pula dan berdampak kepada indera penglihatan dengan pandangan mata yang berkunang-kunang.
v  Menurunnya daya pikir, akibatnya sulit berkonsentrasi.
v  Daya tahan tubuh menurun yang ditandai dengan mudahnya terserang sakit.
v  Pada tingkat lanjut atau anemia yang berat maka anak bisa menunjukkan tanda-tanda sesak napas, detak jantung cepat, dan bengkak di tangan dan kaki.
F.     Komplikasi
Adapun komplikasi dari anemia yaitu dapat menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat.
G.    Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan yang perlu dilakukan umtuk menunjang data yang telah ada yaitu :
·         Pemeriksaan Laboratorium
-          Kadar Hb, jumlah eritrosit, leukosit, hitung jenis, hematokrit (nilai mutlak MCV, MCHC, MCH), gambaran apusan darah tepi.
-          Retikulosit, jumlah trombosit
-          Bone Marrow Punction (BMP)
-          Kadar besi serum
-          Resistensi eritrosit
-          tes koagulasi darah
-          Bilirubin direk/indirek
·         Pemeriksaan penunjang lain :
-          Rontgen foto tulang tengkorak, tulang panjang
-          EKG pada anemia gravis dan atau dekompensasi jantung
H.    Penatalaksanaan
v  Dengan pemberian garam-garam sederhana peroral (sulfat, glukonat, fumarat), preparat, besi secara parenteral besi dekstram, jika anak sangat anemis dengan Hb di bawah 4 gm/dl diberi 2-3 ml/kg packed cell, jika terjadi gagal jantung kongestif maka pemberian modifikasi transfusi tukar packed eritrosis yang segar, dapat pula diberi furosemid.
v  Pengobatan terhadap infeksi sekunder. Untuk menghindarkan anak dari infeksi, sebaiknya anak diisolasi dalam ruangan yang ’suci hama’. Pemberian obat antibiotika hendaknya dipilih yang tidak menyebabkan depresi sumsum tulang. Kloramfenikol tidak boleh diberikan.
v  Makanan. Disesuaikan dengan keadaan anak, umumnya diberikan makanan lunak. Hati-hati pada pemberian makanan melalui pipa lambung karena mungkin menyebabkan luka/pendarahan pada waktu pipa dimasukkan
v  Istirahat. Untuk mencegah terjadinya perdarahan, terutama pendarahan otak.



BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN ANEMIA PADA ANAK

A.    Pengkajian
·         Biodata           :           Bisa terjadi pada semua anak
·         Keluhan utama            :           Lemah badan, pusing anak rewel
·         Riwayat penyakit sekarang
Adanya lemah badan yang diderita dalam waktu lama, terasa lemah setelah aktivitas, adanya pendarahan, pusing, jantung berdebar, demam, nafsu makan menurun, kadang-kadang sesak nafas, penglihatan kabur dan telinga berdengung.
·         Riwayat penyakit keluarga
Ada anggota keluarga yang menderita hematologis.
·         Riwayat penyakit dahulu
-          Antenatal  :           Penggunaan sinar-X yang berlebihan
-          Natal         :           Obat-obat
-          Postnatal   :           Pendarahan, gangguan sistem pencernaan
·         Activity daily life
-          Nutrisi       :           nafsu makan menurun, badan lemah
-          Aktivitas   :           Jantung berdebar, lemah badan, sesak nafas, penglihatan kabur
-          Tidur         :           Kebutuhan istirahat dan tidur berkurang banyak
-          Eliminasi   :           Kadang-kadang terjadi konstipasi
·         Pemeriksaan
-          Pemeriksaan umum
Keadaan umum lemah, terjadi penurunan tekanan sistol dan diastole, pernafasan takipnea, dipsnea, suhu normal, penurunan berat badan.
-           Pemeriksaan fisik
Kepala                : Rambut kering, menipis, mudah putus, wajah pucat, konjungtiva pucat, penglihatan kabur, pucat pada bibir, terjadi perdarahan pada gusi, telinga berdengung
 Thorax               : Sesak nafas, jantung berdebar-debar, bunyi jantung murmur sistolik
Abdomen           : Sistem abdomen, perdarahan saluran cerna, hepatomegali dan  kadang-kadang splenomegali
Extrimitas           :  Pucat, kaku mudah patah, telapak tangan basah dan hangat
-           Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan fungsi sumsum tulang
B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Perubahan perfusi jaringan b/d perubahan komponen seluler yang diperlukan untuk mengirim oksigen atau nutrien ke sel
2.       Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara pengirim dengan kebutuhan oksigen
3.       Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan untuk mencerna makanan atau absorbsi nutrisi yang diperlukan
4.       Resiko tinggi infeksi b/d perubahan sekunder tidak adekuat (menurunnya Hb)
C.    Rencana Tindakan Keperawatan
1.      Perubahan perfusi jaringan b/d perubahan komponen-komponen seluler yang diperlukan untuk mengirim oksigen atau nutrien ke sel.
Tujuan           : Perfusi jaringan adekuat
Kriteria hasil  : Tanda vital dalam batas normal, Membran mukosa merah, akral hangat.
Intervensi       :
a.       Awasi TTV, kaji warna kulit atau membran mukosa dasar kulit
Rasional          : Memberikan informasi tentang denyut perfusi jaringan dan membantu menentukan intervensi selanjutnya.
b.      Atur posisi lebih tinggi
Rasional          : Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi
c.        Observasi pernafasan
Rasional          : Dispnea menunjukkan gejala gagal jantung ringan
d.      Kolaborasi dalam pemberian transfuse
Rasional          : Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki defisiensi, menurunkan resiko tinggi pendarahan
2.      Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara pengirim dengan kebutuhan oksigen
Tujuan                : Dapat melakukan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan
Kriteria hasil      : Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas, Menunjukkan penurunan tanda-tanda vital.
Intervensi            :
a.       Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan daya jalan atau kelemahan otot
Rasional         : Menunjukkan perubahan neorologi karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien atau resiko cidera.
b.       Awasi TD, nadi, pernafasan selama dan sesudah aktivitas
Rasional         : Manifestasi kardiopulmunal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
c.       Ubah posisi pasien/anak dengan perlahan dan pantau terhadap pusing
Rasional         : Hipotensi atau hipoksia dapat menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cidera
d.       Berikan bantuan dalam aktivitas atau ambulasi anak bila perlu
Rasional         : Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien/anak melakukan sesuatu sendiri.
e.       Berikan lingkungan tenang, pertahankan tirah baring bila diindikasikan
Rasional         : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru
3.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan untuk mencerna makanan atau absorbsi nutrisi yang diperlukan.
Tujuan           : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan, nafsu makan meningkat, pasien tidak mual dan muntah
Intervensi       :
a.       Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai anak
Rasional    : Mengidentifikasi terjadinya  defisiensi nutrisi.
b.      Observasi dan catat masukan makanan klien
Rasional    : Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan makanan
c.       Timbang berat badan tiap hari
Rasional    : Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi
d.      Berikan makanan sedikit tapi sering
Rasional       : Menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan mencegah pengosongan gaster
e.       Pantau pemeriksaan Hb, albumin protein dan zat besi serum
Rasional       : Meningkatkan efektivitas program pengobatan termasuk diet nurtrisi yang diberikan
4.      Resiko tinggi infeksi b/d perubahan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
Tujuan             : Tidak adanya infeksi pada sistem tubuh
Kriteria hasil : Mengidentifikasi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi, Meningkatkan penyembuhan luka, eritema dan demam
Intervensi         :
a.       Tingkatkan cuci tangan yang baik bagi perawat dan pasien
Rasional         : Mencegah kontaminasi silang atau kolonisasi bakteri
b.      Pantau atau batasi pengunjung berikan isolasi bila memungkinkan
Rasional         : Membatasi pemajanan pada bakteri infeksi
c.        Pantau suhu catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam
Rasional         : Indikator proses inflamasi atau infeksi membutuhkan evaluasi atau pengobatan
d.      Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
Rasional    : Pemberian antibiotik baik untuk mencegah terjadinya infeksi.
D.    Implementasi
1.      Perubahan perfusi jaringan b/d perubahan komponen-komponen seluler yang diperlukan untuk mengirim oksigen atau nutrien ke sel.
a.       Mengawasi TTV, mengkaji warna kulit atau membran mukosa dasar kulit
b.      Mengatur posisi lebih tinggi
c.       Mengobservasi pernafasan
d.      Berkolaborasi dalam pemberian transfuse
2.      Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara pengirim dengan kebutuhan oksigen
a.       Mengkaji kehilangan atau gangguan keseimbangan daya jalan atau kelemahan otot
b.      Mengawasi TD, nadi, pernafasan selama dan sesudah aktivitas
c.       Mengubah posisi pasien/anak dengan perlahan dan pantau terhadap pusing
d.      Memberikan bantuan dalam aktivitas atau ambulasi anak bila perlu
e.       Memberikan lingkungan tenang, pertahankan tirah baring bila diindikasikan
3.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan untuk mencerna makanan atau absorbsi nutrisi yang diperlukan.
a.       Mengkaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai anak
b.      Mengobservasi dan mencatat masukan makanan klien
c.       Menimbang berat badan tiap hari
d.      Memberikan makanan sedikit tapi sering
e.       Memantau pemeriksaan Hb, albumin protein dan zat besi serum
4.      Resiko tinggi infeksi b/d perubahan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
a.       Meningkatkan cuci tangan yang baik bagi perawat dan pasien
b.      Memantau atau batasi pengunjung berikan isolasi bila memungkinkan
c.       Memantau suhu catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam
d.      Berkolaborasi dalam pemberian antibiotik
E.     Evaluasi
1.      Perfusi jaringan adekuat
2.      Dapat melakukan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan
3.      Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
4.      Tidak ditemukan adanya infeksi

caping day


Selasa, 24 April 2012

my new life: makalah psoriasis

my new life: makalah psoriasis: BAB I PENDAHULUAN A.      Latar Belakang                  Psoriasis merupakan sejenis penyakit kulit yang penderitanya mengalami...

Minggu, 15 April 2012

makalah psoriasis


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
                 Psoriasis merupakan sejenis penyakit kulit yang penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Kemunculan penyakit ini terkadang untuk jangka waktu lama atau timbul/hilang. Berbeda dengan pergantian kulit pada manusia normal yang biasanya berlangsung selama tiga sampai empat minggu, proses pergantian kulit pada penderita psoriasis berlangsung secara cepat yaitu sekitar 2–4 hari, (bahkan bisa terjadi lebih cepat) pergantian sel kulit yang banyak dan menebal.
                 Psoriasis dapat dijumpai di seluruh belahan dunia dengan angka kesakitan (insidens rate)yang berbeda. Segi umur, Psoriasis dapat mengenai semua usia, namun biasanya lebih kerap dijumpai pada dewasa.
                 Di dunia, penyakit kulit ini diduga mengenai sekitar 2 sampai 3 persen penduduk. Data nasional prevalensi psoriasis di Indonesia belum diketahui. Namun di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, selama tahun 2000 sampai 2001, insiden psoriasis mencapai 2,3 persen. Penyakit ini tidak mengenal usia, semua umur dapat terkena. Tapi puncak insidensinya di usia dua puluhan dan lima puluhan.
                 Tidak ada fakta yang menunjukkan bahwa penyakit ini lebih dominan menyerang salah satu jenis kelamin. Pria maupun wanita memiliki peluang yang sama untuk terserang penyakit ini.

B.       Tujuan
                 Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran yang nyata tentang penyakit psoriasis dan tentang pelaksanaan Askep pada klien dengan psoriasis dengan menggunakan metode keperawatan.

BAB II
KONSEP MEDIS PSORIASIS

A.  Pengertian
           Psoriasi adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit dimana penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Penyakit ini secara klinis sifatnya tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi karena timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat menurunkan kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat dengan baik. (Effendy, 2005)
           Psoriasis penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa bercak-bercak eritema berbatas tegas di tutupi oleh skuama tebal berlapis-lapis berwarna putih mengkilat. (Siregar, 2005).

B.  Etiologi
           Etiologi belum diketahui, yang jelas ialah waktu pulih (turn over time) epidermis dipercepat menjadi 3-4 hari, sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari. Beberapa faktor penting yang disangka menjadi penyebab timbulnya Psoriasis adalah :
a)           Genetik
b)          Imunologik
c)           Stres Psikik
d)          Infeksi fokal. Umumnya infeksi disebabkan oleh Kuman Streptococcus
e)           Faktor Endokrin. Puncak insidensi pada waktu pubertas dan menopause, pada waktu kehamilan membaik tapi menjadi lebih buruk pada masa pascapartus.
f)           Gangguan Metabolik, contohnya hipokalsemia dan dialisis.
g)          Obat-obatan misalnya beta-adrenergic blocking agents, litium, antimalaria, dan penghentian mendadak korikosteroid sistemik.
h)          Alkohol dan merokok.
C.  Patofisiologi
         Psoriasis merupakan penyakit kronik yang dapat terjadi pada setiap usia. Perjalanan alamiah penyakit ini sangat berfluktuasi. Pada psoriasis ditunjukan adanya penebalan epidermis dan stratum korneum dan pelebaran pembuluh-pembuluh darah dermis bagian atas. Jumlah sel-sel basal yang bermitosis jelas meningkat. Sel-sel yang membelah dengan cepat itu bergerak dengan cepat ke bagian permukaan epidermis yang menebal. Proliferasi dan migrasi sel-sel epidermis yang cepat ini menyebabkan epidermis menjadi tebal dan diliputi keratin yang tebal ( sisik yang berwarna seperti perak). Peningkatan kecepatan mitosis sel-sel epidermis ini agaknya antara lain disebabkan oleh kadar nukleotida siklik yang abnormal, terutama adenosin monofosfat (AMP) siklik dan guanosin monofosfat (GMP) siklik. Prostaglandin dan poliamin juga abnormal pada penyakit ini. Peranan setiap kelainan tersebut dalam mempengaruhi plak psoriatik belum dapat dimengerti secara jelas.

D.  Manifestasi  Klinis
           Penderita biasanya mengeluh adanya gatal ringan pada tempat-tempat predileksi, yakni pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral. Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama diatasnya. Eritema berbatas tegas dan merata. Skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih seperti mika, serta transparan. Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner. Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan, seperti lilin digores. Pada fenomena Auspitz serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan karena papilomatosis. Trauma pada kulit , misalnya garukan , dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis dan disebut kobner.
           Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku yang agak khas yang disebut pitting nail atau nail pit berupa lekukan-lekukan miliar.

E.  Penatalaksanaan Medik
           Sampai saat ini belum ditemukan pengobatan yang spesifik karena penyebabnya belum jelas dan banyak faktor yang berpengaruh. Psoriasis sebaiknya diobati secara topikal. Jika hasilnya tidak memuaskan, baru dipertimbangkan pengobatan sistemik karena efek samping pengobatan sistemik lebih banyak.
1.      Pengobatan Sistemik
a)      Kortikosteroid ( Prednison )
b)      Obat sitostatik ( Metroteksat )
c)       Levodopa
d)      DDS(diaminodifenilsulfon)
e)       Etretinat dan Asitretein
f)        Siklosporin
2.      Pengobatan Topikal
a)      Preparat Ter ( fosil, kayu, batubara )
b)      Kortikosteroid ( senyawa fluor )
c)       Ditranol ( antralin )
d)      Pengobatan dengan peyinaran
F.   Pencegahan
           Meskipun tindakan merawat tidak akan menyembuhkan psoriasis, tetapi dapat membantu memperbaiki penampilan dan nuansa kulit rusak. Langkah-langkah ini dapat bermanfaat untuk mencegah terjadinya psoriasis atau mencegah memperburuk penyakit psoriasis pada penderita :
1)   Mandi setiap hari
2)   Gunakan pelembab
3)   Tutup daerah yang terkena dampak dalam semalam
4)   Paparkan seminim mungkin sinar matahari ke kulit
5)   Gunakan obat krim atau salep
6)   Hindari pemicu psoriasis, jika mungkin
7)   Hindari minum alkohol



BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN PSORIASIS

A.  Pengkajian
Pada saat pengkajian yang perlu ditanyakan :
1)   Keluhan utama
2)   Mulai kapan gejala timbul
3)   Perjalanan penyakit
a)      Terus menerus dari ringan, sedang, dan berat
b)      Hilang timbul
c)       Pada saat/musim tertentu
d)     Sebelum gejala timbul, apakah klien mengkonsumsi obat-obatan tertentu
e)       Pernahkah klien mendapatkan pengobatan sebelumnya dan bagaimana hasilnya
f)       Apakah dalam keluarga, ada yang mempunyai penyakit seperti yang diderita klien
g)      Bagaimana lingkungan tempat tinggal klien
4)   Pemeriksaan fisik
·                     Keadaan umum lemah
·                     Tanda-tanda vital khususnya suhu meningkat yaitu sekitar 38o-39oC
·                     Eritema yang bersisik, batas tegas/menyolok 
·                     Lesi kering dan timbul pruritus
·                      Adanya lubang-lubang atau kerusakan total pada kuku dan tangan
·                      Lesi tidak simetris bilateral
·                      Lesi dapat timbul pada luka bekas garukan.
B.  Diagnosa Keperawatan
a)      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi antara dermal-epidermal sekunder akibat psoriasis
b)      Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit
c)      Gangguan konsep diri berhubungan dengan krisis kepercayaan diri
d)     Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan sekunder akibat penyakit psoriasis

C.  Rencana Intervensi
a)   Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi antara dermal-epidermal sekunder akibat psoriasis
Tujuan : Kerusakan integritas kulit dapat teratasi dalam 3 x 24 jam.
Kriteria Hasil :    Area terbebas dari infeksi lanjut, kulit bersih dan lembab    
Rencana Tindakan Keperawatan :
1)      Kaji keadaan kulit
Rasional : Mengetahui dan mengidetifikasi kerusakan kulit untuk melakukan intervensi yang tepat.
2)      Kaji keadaan umum dan observasi TTV.
Rasional : Mengetahui perubahan status kesehatan pasien.
3)      Kaji perubahan warna kulit.
Rasional : Megetahui keefektifan sirkulasi dan mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
4)      Pertahankan agar daerah yang terinfeksi tetap bersih dan kering.
Rasional : Membantu mempercepat proses penyembuhan.
5)      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan.
Rasioanal : Untuk mempercepat penyembuhan.
b)   Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien menunjukkan suhu tubuh dalam batas normal
Kriteria Hasil : suhu 36,70c – 370c, klien tidak mengeluh panas.
Rencana Tindakan Keperawatan
1)      Kaji tanda-tanda vital
Rasional : untuk menentukan intervensi selanjutnya
2)      Beri kompres dingin
Rasional : Menimbulkan evek vasodelatasi vaskularisasi sehingga mempercepat proses evaporasi dan menurunkan panas.
3)      Anjurkan klien memakai pakaian yang menyerap keringat
Rasional : Memberikan rasa nyanman pada klien
4)      Kolaborasi pemberian antipiretik
Rasional : Pemberian obat mempercepat menurunkan panas
c)   Gangguan konsep diri berhubungan dengan krisis kepercayaan diri
Tujuan : Gangguan konsep diri teratasi dalam 3 x 24 jam
Kriteria Hasil : Dapat berinteraksi seperti biasa, rasa percaya diri timbul.


Rencana Tindakan Keperawatan :
1)      Kaji perubahan perilaku pasien seperti menutup diri, malu berhadapan dengan orang lain.
Rasional : Mengetahui tingkat ketidakpercayaan diri pasien dalam menentukan  intervensi selanjutnya.
2)      Bersikap realistis dan positif selama pengobatan, pada penyuluhan pasien.
Rasional : Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antara perawat-pasien.
3)      Beri harapan dalam parameter situasi individu.
Rasional : Meningkatkan perilaku positif
4)      Berikan penguatan positif terhadap kemajuan.
Rasional : Kata-kata penguatan dapat mendukung terjadinya perilaku koping positif.
5)      Dorong interaksi keluarga.
Rasional : Mempertahankan garis komunikasi dan memberikan dukungan terus-menerus pada pasien.
d)  Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan sekunder akibat penyakit psoriasis
Tujuan : Ansietas dapat diminimalkan sampai dengan diatasi setelah 3 x 24 jam
Kriteria Hasil : pasien tampak rileks, pasien menunjukkan kemampuan mengatasi masalah dan menggunakan sumber-sumber efektif, tanda-tanda vital normal, pasien melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi

Rencana Tindakan Keperawatan :
1)      Kaji tingkat ansietas dan diskusikan penyebab bila mungkin
Rasional : Identifikasi masalah spesifik akan meningkatkan kemampuan individu untuk menghadapinya dengan lebih realistis
2)      Kaji ulang keadaan umum pasien dan TTV
Rasional : Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
3)      Berikan waktu pasien untuk mengungkapkan masalahnya dan dorongan ekspresi yang bebas, misalnya rasa marah, takut, ragu
Rasional : Agar pasien merasa diterima
4)      Jelaskan semua prosedur dan pengobatan
Rasional : Ketidaktahuan dan kurangnya pemahaman dapat menyebabkan timbulnya ansietas
5)      Diskusikan perilaku koping alternatif dan tehnik pemecahan masalah
Rasional : Mengurangi kecemasan pasien

D.  Implementasi
a)   Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi antara dermal-epidermal sekunder akibat psoriasis
1)      Mengkaji keadaan kulit
2)      Mengkaji keadaan umum dan observasi TTV.
3)      Mengkaji perubahan warna kulit.
4)      Mertahankan agar daerah yang terinfeksi tetap bersih dan kering.
5)      Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan.

b)   Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit
1)      Mengkaji tanda-tanda vital
2)      Memberi kompres dingin
3)      Menganjurkan klien memakai pakaian yang menyerap keringat
4)      Berkolaborasi pemberian antipiretik
c)   Gangguan konsep diri berhubungan dengan krisis kepercayaan diri
1)      Mengkaji perubahan perilaku pasien seperti menutup diri, malu berhadapan dengan orang lain.
2)      Bersikap realistis dan positif selama pengobatan, pada penyuluhan pasien.
3)      Memberi harapan dalam parameter situasi individu.
4)      Memberikan penguatan positif terhadap kemajuan.
5)      Mendorong interaksi keluarga.
d)  Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan sekunder akibat penyakit psoriasis
1)      Mengkaji tingkat ansietas dan diskusikan penyebab bila mungkin
2)      Mengkaji ulang keadaan umum pasien dan TTV
3)      Memberikan waktu pasien untuk mengungkapkan masalahnya dan dorongan ekspresi yang bebas, misalnya rasa marah, takut, ragu
4)      Menjelaskan semua prosedur dan pengobatan
5)      Mendiskusikan perilaku koping alternatif dan tehnik pemecahan masalah

E.  Evaluasi
                    Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka hasil yang diharapkan pada proses evaluasi adalah sebagai berikut :
a)   Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
b)   Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh, suhu tubuh klien dalam keadaan normal ( 36,7o-37oC)
c)   Tidak terjadi gangguan konsep diri, klien memiliki kepercayaan diri yang baik
d)  Klien tidak mengalami ansietas













BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penyakit psoriasis merupakan salah satu penyakit/gangguan sistem integumen dimana kulit mengalami peradangan kronis (sering kambuh) yang disebabkan oleh  Genetik, Imunologik, Stres Psikik, Infeksi fokal, Faktor Endokrin, Gangguan Metabolik, Obat-obatan, Alkohol dan merokok.
Penyakit ini terjadi pada setiap usia. Pada psoriasis ditunjukan adanya penebalan epidermis dan stratum korneum dan pelebaran pembuluh-pembuluh darah dermis bagian atas. Selain itu jumlah sel-sel basal yang bermitosis juga meningkat.
Penderita biasanya mengeluh adanya gatal ringan pada tempat-tempat predileksi, yakni pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral.
Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama diatasnya.Skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih serta transparan. Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner.
Ada dua tipe pengobatan pada penderita psoriasis yaitu pengobatan sistemik dan pengobatan topikal dimana pengobatan sistemik lebih banyak memberikan efek samping.

B.  Saran
Kepada mahasiswa (khususnya mahasiswa perawat) atau pembaca disarankan agar dapat mengambil pelajaran dari makalah ini sehingga apabila terdapat tanda dan gejala penyakit psoriasis dalam masyarakat maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat agar penyakit tersebut tidak berlanjut ke arah yang lebih buruk.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Jual. 2004. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : ECG
Doenges, Marilyn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III. Jakarta : EGC
Effendy, B. 2005. Kualitas dan harapan hidup penderita psoriasis dapat ditingkatkan dengan terapi dini dan tepat.
Siregar, R. 2005. Saripati penyakit kulit edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC