ANEMIA
A.
Pengertian
Anemia adalah istilah yang menunjukkan
rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah
normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan
keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis
anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut
oksigen ke jaringan.
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar
hemoglobin menurun sehingga tubuh akan mengalami hipoksia sebagai akibat
kemampuan kapasitas pengangkutan oksigen dari darah berkurang.
B.
Klasifikasi Anemia
Anemia dapat diklasifikasikan menjadi
empat bagian :
v Anemia
defisiensi
Anemia yang terjadi akibat kekurangan
faktor-faktor pematangan eritrosit, seperti defisiensi besi, asam folat,
vitamin B12, protein, piridoksin dan sebagainya.
v Anemia
aplastik
Anemia yang terjadi akibat terhentinya
proses pembuatan sel darah oleh sumsum tulang.
v Anemia
hemoragik
Anemia yang terjadi akibat proses
perdarahan masif atau perdarahan yang menahun.
v Anemia hemolitik
Anemia yang terjadi akibat penghancuran
sel darah merah yang berlebihan. Bisa bersifat intrasel seperti pada penyakit
talasemia, sickle cell anemia/ hemoglobinopatia, sferosis congenital atau
bersifat ektrasel seperti intoksikasi, malaria, inkompabilitas golongan darah,
reaksi hemolitik pada transfusi darah.
C.
Etiologi
Anemia pada anak disebabkan oleh
faktor-faktor yang sama dengan anemia pada
orang dewasa. Namun, penyebab anemia pada anak-anak juga
memiliki kekhasan tersendiri, di antaranya:
·
Zat besi
Kekurangan zat besi adalah penyebab utama
anemia pada anak. Sebenarnya, bila anak mendapatkan makanan bergizi yang cukup,
sangat kecil kemungkinannya mereka mengalami kekurangan zat besi. Namun,
banyak anak-anak dari kalangan tidak mampu yang kurang mendapatkan makanan
bergizi sehingga mengalami anemia dan gejala kurang gizi lainnya. Anak-anak
dari kalangan mampu juga dapat terkena anemia bila memiliki gangguan pola makan
atau berpola makan tidak seimbang.
·
Parasit
Anak-anak dapat mengalami anemia karena mengidap
cacingan. Pola makan anak mungkin normal, namun
penyerapan nutrisinya terganggu karena diserobot cacing di dalam perutnya.
·
Menstruasi
Anemia dapat terjadi pada remaja putri
yang mengalami perdarahan
menstruasi berat dan berkepanjangan.
·
Infeksi
Penyakit infeksi tertentu dapat mengganggu
pencernaan dan mengganggu produksi sel darah merah.
·
Penyakit ginjal
Anemia dapat menjadi tanda awal gangguan
ginjal pada anak.
Jenis anemia khusus yang disebut anemia hemolitik disebabkan oleh penghancuran sel-sel darah merah secara prematur dan sumsum tulang tidak bisa memenuhi permintaan tubuh untuk sel-sel baru. Bentuk umum dari anemia hemolitik yang bersifat genetik adalah anemia sel sabit, talasemia, dan defisiensi dehidrogenase glukosa-6-fosfat. Jenis lainnya yang disebut anemia aplastik disebabkan oleh kelainan darah di mana sumsum tulang tidak membuat sel-sel darah baru dalam jumlah cukup.
Jenis anemia khusus yang disebut anemia hemolitik disebabkan oleh penghancuran sel-sel darah merah secara prematur dan sumsum tulang tidak bisa memenuhi permintaan tubuh untuk sel-sel baru. Bentuk umum dari anemia hemolitik yang bersifat genetik adalah anemia sel sabit, talasemia, dan defisiensi dehidrogenase glukosa-6-fosfat. Jenis lainnya yang disebut anemia aplastik disebabkan oleh kelainan darah di mana sumsum tulang tidak membuat sel-sel darah baru dalam jumlah cukup.
Selain penyebab di atas terdapat beberapa
penyebab lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya anemia pada anak yaitu
sebagai berikut :
·
Genetik
Kelainan herediter atau keturunan juga
bisa menyebabkan anemia. Kelainan genetik ini terutama terjadi pada umur sel
darah merah yang terlampau pendek sehingga sel darah merah yang beredar dalam
tubuh akan selalu kekurangan. Anemia jenis ini dikenal dengan nama sickle
cell anemia.
·
Pecahnya dinding sel darah
merah
Anemia yang disebabkan oleh karena
pecahnya dinding sel darah merah dikenal dengan nama anemia hemolitik. Reaksi
antigen antibodi dicurigai sebagai biang kerok terjadinya anemia jenis ini.
·
Gangguan sumsum tulang
Sumsum tulang sebagai pabrik produksi sel
darah juga bisa mengalami gangguan sehingga tidak bisa berfungsi dengan baik
dalam menghasilkan sel darah merah yang berkualitas. Gangguan pada sumsum
tulang biasanya disebabkan oleh karena metastase sel kanker dari tempat lain.
·
Perdarahan
Perdarahan yang banyak saat trauma baik di
dalam maupun di luar tubuh akan menyebabkan anemia dalam waktu yang relatif
singkat.
·
Kekurangan vitamin B12
Anemia yang diakibatkan oleh karena
kekurangan vitamin B12 dikenal dengan nama anemia pernisiosa.
D.
Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya
kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau
keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan
toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel
darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau destruksi, hal ini dapat
akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah
yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi
terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama
dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan
memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤
1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami
penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemolitik) maka hemoglobin akan
muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi
kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan
kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada
pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah
merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh dengan dasar : hitung
retikulosit dalam sirkulasi darah, derajat proliferasi sel darah merah muda
dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsy dan
ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
E.
Manifestasi Klinis
Beberapa ciri tanda-tanda anak yang mengalami anemia diantaranya yaitu :
v Anak
terlihat lemah, letih, lesu selain itu anak juga terlihat pucat. hal ini karena
oksigen yang dibawa ke seluruh tubuh berkurang karena media transportnya (HB)
kurang sehingga tentunya yang membuat energi berkurang dan dampaknya adalah 3L,
lemah letih lesu.
v Mata
berkunang-kunang. Hampir sama prosesnya dengan yang diatas, karena darah yang
membawa oksigen berkurang, aliran darah serta oksigen ke otak berkurang pula
dan berdampak kepada indera penglihatan dengan pandangan mata yang
berkunang-kunang.
v Menurunnya
daya pikir, akibatnya sulit berkonsentrasi.
v Daya
tahan tubuh menurun yang ditandai dengan mudahnya terserang sakit.
v Pada
tingkat lanjut atau anemia yang berat maka anak bisa menunjukkan tanda-tanda
sesak napas, detak jantung cepat, dan bengkak di tangan dan kaki.
F.
Komplikasi
Adapun komplikasi dari anemia yaitu dapat
menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah
terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi
saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah
lebih kuat.
G.
Pemeriksaan Penunjang
Adapun
pemeriksaan yang perlu dilakukan umtuk menunjang data yang telah ada yaitu :
·
Pemeriksaan
Laboratorium
-
Kadar Hb, jumlah eritrosit, leukosit, hitung
jenis, hematokrit (nilai mutlak MCV, MCHC, MCH), gambaran apusan darah tepi.
-
Retikulosit, jumlah trombosit
-
Bone Marrow Punction (BMP)
-
Kadar besi serum
-
Resistensi eritrosit
-
tes koagulasi darah
-
Bilirubin direk/indirek
·
Pemeriksaan penunjang lain :
-
Rontgen foto tulang tengkorak, tulang panjang
-
EKG pada anemia gravis dan atau dekompensasi
jantung
H.
Penatalaksanaan
v
Dengan pemberian garam-garam sederhana peroral
(sulfat, glukonat, fumarat), preparat, besi secara parenteral besi dekstram,
jika anak sangat anemis dengan Hb di bawah 4 gm/dl diberi 2-3 ml/kg packed cell,
jika terjadi gagal jantung kongestif maka pemberian modifikasi transfusi tukar
packed eritrosis yang segar, dapat pula diberi furosemid.
v
Pengobatan terhadap infeksi sekunder. Untuk
menghindarkan anak dari infeksi, sebaiknya anak diisolasi dalam ruangan yang
’suci hama’. Pemberian obat antibiotika hendaknya dipilih yang tidak
menyebabkan depresi sumsum tulang. Kloramfenikol tidak boleh diberikan.
v
Makanan. Disesuaikan dengan keadaan anak,
umumnya diberikan makanan lunak. Hati-hati pada pemberian makanan melalui pipa
lambung karena mungkin menyebabkan luka/pendarahan pada waktu pipa dimasukkan
v
Istirahat. Untuk mencegah terjadinya perdarahan,
terutama pendarahan otak.
BAB
III
KONSEP
DASAR KEPERAWATAN ANEMIA PADA ANAK
A.
Pengkajian
·
Biodata : Bisa terjadi pada semua anak
·
Keluhan utama : Lemah badan, pusing anak rewel
·
Riwayat penyakit sekarang
Adanya lemah badan yang diderita dalam waktu lama, terasa
lemah setelah aktivitas, adanya pendarahan, pusing, jantung berdebar, demam,
nafsu makan menurun, kadang-kadang sesak nafas, penglihatan kabur dan telinga
berdengung.
·
Riwayat penyakit keluarga
Ada
anggota keluarga yang menderita hematologis.
·
Riwayat penyakit dahulu
-
Antenatal : Penggunaan sinar-X yang berlebihan
-
Natal : Obat-obat
-
Postnatal : Pendarahan, gangguan sistem
pencernaan
·
Activity daily life
-
Nutrisi : nafsu makan menurun, badan lemah
-
Aktivitas : Jantung berdebar, lemah badan, sesak
nafas, penglihatan kabur
-
Tidur : Kebutuhan istirahat dan tidur
berkurang banyak
-
Eliminasi : Kadang-kadang terjadi konstipasi
·
Pemeriksaan
-
Pemeriksaan umum
Keadaan umum lemah, terjadi penurunan tekanan sistol dan
diastole, pernafasan takipnea, dipsnea, suhu normal, penurunan berat badan.
-
Pemeriksaan fisik
Kepala :
Rambut kering, menipis, mudah putus, wajah pucat, konjungtiva pucat,
penglihatan kabur, pucat pada bibir, terjadi perdarahan pada gusi, telinga
berdengung
Thorax : Sesak nafas, jantung
berdebar-debar, bunyi jantung murmur sistolik
Abdomen :
Sistem abdomen, perdarahan saluran cerna, hepatomegali dan kadang-kadang splenomegali
Extrimitas : Pucat, kaku mudah
patah, telapak tangan basah dan hangat
-
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
darah lengkap
Pemeriksaan fungsi sumsum tulang
B. Diagnosa Keperawatan
1.
Perubahan perfusi jaringan b/d perubahan komponen
seluler yang diperlukan untuk mengirim oksigen atau nutrien ke sel
2.
Intoleransi aktivitas b/d
ketidakseimbangan antara pengirim dengan kebutuhan oksigen
3.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan untuk mencerna makanan atau absorbsi nutrisi yang diperlukan
4.
Resiko tinggi infeksi b/d perubahan
sekunder tidak adekuat (menurunnya Hb)
C.
Rencana
Tindakan Keperawatan
1.
Perubahan perfusi jaringan b/d perubahan
komponen-komponen seluler yang diperlukan untuk mengirim oksigen atau nutrien
ke sel.
Tujuan : Perfusi jaringan adekuat
Kriteria hasil : Tanda vital dalam batas normal, Membran
mukosa merah, akral hangat.
Intervensi :
a.
Awasi TTV, kaji warna kulit atau membran mukosa dasar
kulit
Rasional : Memberikan
informasi tentang denyut perfusi jaringan dan membantu menentukan intervensi
selanjutnya.
b.
Atur posisi lebih tinggi
Rasional : Meningkatkan ekspansi paru dan
memaksimalkan oksigenasi
c.
Observasi
pernafasan
Rasional : Dispnea menunjukkan gejala gagal
jantung ringan
d.
Kolaborasi dalam pemberian transfuse
Rasional
: Meningkatkan jumlah sel
pembawa oksigen, memperbaiki defisiensi, menurunkan resiko tinggi pendarahan
2.
Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara
pengirim dengan kebutuhan oksigen
Tujuan : Dapat melakukan aktivitas
sampai tingkat yang diinginkan
Kriteria
hasil : Melaporkan peningkatan
toleransi aktivitas, Menunjukkan penurunan tanda-tanda vital.
Intervensi :
a.
Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan daya jalan
atau kelemahan otot
Rasional :
Menunjukkan perubahan neorologi karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi
keamanan pasien atau resiko cidera.
b.
Awasi TD, nadi,
pernafasan selama dan sesudah aktivitas
Rasional :
Manifestasi kardiopulmunal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah
oksigen adekuat ke jaringan.
c.
Ubah posisi pasien/anak dengan perlahan dan pantau
terhadap pusing
Rasional :
Hipotensi atau hipoksia dapat menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan
resiko cidera
d.
Berikan bantuan
dalam aktivitas atau ambulasi anak bila perlu
Rasional :
Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien/anak melakukan sesuatu
sendiri.
e.
Berikan lingkungan tenang, pertahankan tirah baring
bila diindikasikan
Rasional :
Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan
regangan jantung dan paru
3.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
untuk mencerna makanan atau absorbsi nutrisi yang diperlukan.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat
terpenuhi
Kriteria
hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan, nafsu makan meningkat, pasien
tidak mual dan muntah
Intervensi :
a.
Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai anak
Rasional : Mengidentifikasi
terjadinya defisiensi nutrisi.
b.
Observasi dan catat masukan makanan klien
Rasional : Mengawasi
masukan kalori atau kualitas kekurangan makanan
c.
Timbang berat badan tiap hari
Rasional : Mengawasi
penurunan berat badan atau efektivitas intervensi
d.
Berikan makanan sedikit tapi sering
Rasional :
Menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan mencegah pengosongan gaster
e.
Pantau pemeriksaan Hb, albumin protein dan zat besi
serum
Rasional :
Meningkatkan efektivitas program pengobatan termasuk diet nurtrisi yang
diberikan
4.
Resiko tinggi infeksi b/d perubahan sekunder tidak
adekuat (penurunan Hb)
Tujuan : Tidak adanya infeksi pada sistem tubuh
Kriteria
hasil : Mengidentifikasi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi, Meningkatkan
penyembuhan luka, eritema dan demam
Intervensi :
a.
Tingkatkan cuci tangan yang baik bagi perawat dan
pasien
Rasional :
Mencegah kontaminasi silang atau kolonisasi bakteri
b.
Pantau atau batasi pengunjung berikan isolasi bila
memungkinkan
Rasional :
Membatasi pemajanan pada bakteri infeksi
c.
Pantau suhu
catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam
Rasional :
Indikator proses inflamasi atau infeksi membutuhkan evaluasi atau pengobatan
d.
Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
Rasional : Pemberian
antibiotik baik untuk mencegah terjadinya infeksi.
D.
Implementasi
1.
Perubahan perfusi jaringan b/d perubahan
komponen-komponen seluler yang diperlukan untuk mengirim oksigen atau nutrien
ke sel.
a.
Mengawasi TTV, mengkaji warna kulit atau membran mukosa
dasar kulit
b.
Mengatur posisi lebih tinggi
c.
Mengobservasi pernafasan
d.
Berkolaborasi dalam pemberian transfuse
2.
Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara
pengirim dengan kebutuhan oksigen
a.
Mengkaji kehilangan atau gangguan keseimbangan daya
jalan atau kelemahan otot
b.
Mengawasi TD, nadi, pernafasan selama dan sesudah
aktivitas
c.
Mengubah posisi pasien/anak dengan perlahan dan pantau
terhadap pusing
d.
Memberikan bantuan dalam aktivitas atau ambulasi anak
bila perlu
e.
Memberikan lingkungan tenang, pertahankan tirah baring
bila diindikasikan
3.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
untuk mencerna makanan atau absorbsi nutrisi yang diperlukan.
a.
Mengkaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai
anak
b.
Mengobservasi dan mencatat masukan makanan klien
c.
Menimbang berat badan tiap hari
d.
Memberikan makanan sedikit tapi sering
e.
Memantau pemeriksaan Hb, albumin protein dan zat besi
serum
4.
Resiko tinggi infeksi b/d perubahan sekunder tidak
adekuat (penurunan Hb)
a.
Meningkatkan cuci tangan yang baik bagi perawat dan
pasien
b.
Memantau atau batasi pengunjung berikan isolasi bila
memungkinkan
c.
Memantau suhu catat adanya menggigil dan takikardia
dengan atau tanpa demam
d.
Berkolaborasi dalam pemberian antibiotik
E.
Evaluasi
1.
Perfusi jaringan adekuat
2.
Dapat melakukan aktivitas sampai tingkat yang
diinginkan
3.
Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
4.
Tidak ditemukan adanya infeksi