Jumat, 15 Juni 2012

anemia pada anak


 ANEMIA

A.    Pengertian
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin menurun sehingga tubuh akan mengalami hipoksia sebagai akibat kemampuan kapasitas pengangkutan oksigen dari darah berkurang.
B.     Klasifikasi Anemia
Anemia dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian :
v  Anemia defisiensi
Anemia yang terjadi akibat kekurangan faktor-faktor pematangan eritrosit, seperti defisiensi besi, asam folat, vitamin B12, protein, piridoksin dan sebagainya.
v  Anemia aplastik
Anemia yang terjadi akibat terhentinya proses pembuatan sel darah  oleh sumsum tulang.
v  Anemia hemoragik
Anemia yang terjadi akibat proses perdarahan masif atau perdarahan yang menahun.

v   Anemia hemolitik
Anemia yang terjadi akibat penghancuran sel darah merah yang berlebihan. Bisa bersifat intrasel seperti pada penyakit talasemia, sickle cell anemia/ hemoglobinopatia, sferosis congenital atau bersifat ektrasel seperti intoksikasi, malaria, inkompabilitas golongan darah, reaksi hemolitik pada transfusi darah.
C.    Etiologi
Anemia pada anak disebabkan oleh faktor-faktor yang sama dengan anemia pada orang dewasa. Namun, penyebab anemia pada anak-anak juga memiliki kekhasan tersendiri, di antaranya:
·         Zat besi
Kekurangan zat besi adalah penyebab utama anemia pada anak. Sebenarnya, bila anak mendapatkan makanan bergizi yang cukup, sangat kecil kemungkinannya mereka mengalami kekurangan zat besi. Namun, banyak anak-anak dari kalangan tidak mampu yang kurang mendapatkan makanan bergizi sehingga mengalami anemia dan gejala kurang gizi lainnya. Anak-anak dari kalangan mampu juga dapat terkena anemia bila memiliki gangguan pola makan atau berpola makan tidak seimbang.
·         Parasit
Anak-anak dapat mengalami anemia karena mengidap cacingan. Pola makan anak mungkin normal, namun penyerapan nutrisinya terganggu karena diserobot cacing di dalam perutnya.
·         Menstruasi
Anemia dapat terjadi pada remaja putri yang mengalami perdarahan menstruasi berat dan berkepanjangan.

·         Infeksi
Penyakit infeksi tertentu dapat mengganggu pencernaan dan mengganggu produksi sel darah merah.
·         Penyakit ginjal
 Anemia dapat menjadi tanda awal gangguan ginjal pada anak.
Jenis anemia khusus yang disebut anemia hemolitik disebabkan oleh penghancuran sel-sel darah merah secara prematur dan sumsum tulang tidak bisa memenuhi permintaan tubuh untuk sel-sel baru. Bentuk umum dari anemia hemolitik yang bersifat genetik adalah anemia sel sabit, talasemia, dan defisiensi dehidrogenase glukosa-6-fosfat. Jenis lainnya yang disebut anemia aplastik disebabkan oleh kelainan darah di mana sumsum tulang tidak membuat sel-sel darah baru dalam jumlah cukup.
Selain penyebab di atas terdapat beberapa penyebab lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya anemia pada anak yaitu sebagai berikut :
·         Genetik
Kelainan herediter atau keturunan juga bisa menyebabkan anemia. Kelainan genetik ini terutama terjadi pada umur sel darah merah yang terlampau pendek sehingga sel darah merah yang beredar dalam tubuh akan selalu kekurangan. Anemia jenis ini dikenal dengan nama sickle cell anemia.
·         Pecahnya dinding sel darah merah
Anemia yang disebabkan oleh karena pecahnya dinding sel darah merah dikenal dengan nama anemia hemolitik. Reaksi antigen antibodi dicurigai sebagai biang kerok terjadinya anemia jenis ini.
·         Gangguan sumsum tulang
Sumsum tulang sebagai pabrik produksi sel darah juga bisa mengalami gangguan sehingga tidak bisa berfungsi dengan baik dalam menghasilkan sel darah merah yang berkualitas. Gangguan pada sumsum tulang biasanya disebabkan oleh karena metastase sel kanker dari tempat lain.
·         Perdarahan
Perdarahan yang banyak saat trauma baik di dalam maupun di luar tubuh akan menyebabkan anemia dalam waktu yang relatif singkat.
·         Kekurangan vitamin B12
Anemia yang diakibatkan oleh karena kekurangan vitamin B12 dikenal dengan nama anemia pernisiosa.
D.    Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau destruksi, hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh dengan dasar : hitung retikulosit dalam sirkulasi darah, derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsy dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
E.     Manifestasi Klinis
Beberapa ciri tanda-tanda anak yang mengalami anemia diantaranya yaitu :
v  Anak terlihat lemah, letih, lesu selain itu anak juga terlihat pucat. hal ini karena oksigen yang dibawa ke seluruh tubuh berkurang karena media transportnya (HB) kurang sehingga tentunya yang membuat energi berkurang dan dampaknya adalah 3L, lemah letih lesu.
v  Mata berkunang-kunang. Hampir sama prosesnya dengan yang diatas, karena darah yang membawa oksigen berkurang, aliran darah serta oksigen ke otak berkurang pula dan berdampak kepada indera penglihatan dengan pandangan mata yang berkunang-kunang.
v  Menurunnya daya pikir, akibatnya sulit berkonsentrasi.
v  Daya tahan tubuh menurun yang ditandai dengan mudahnya terserang sakit.
v  Pada tingkat lanjut atau anemia yang berat maka anak bisa menunjukkan tanda-tanda sesak napas, detak jantung cepat, dan bengkak di tangan dan kaki.
F.     Komplikasi
Adapun komplikasi dari anemia yaitu dapat menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat.
G.    Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan yang perlu dilakukan umtuk menunjang data yang telah ada yaitu :
·         Pemeriksaan Laboratorium
-          Kadar Hb, jumlah eritrosit, leukosit, hitung jenis, hematokrit (nilai mutlak MCV, MCHC, MCH), gambaran apusan darah tepi.
-          Retikulosit, jumlah trombosit
-          Bone Marrow Punction (BMP)
-          Kadar besi serum
-          Resistensi eritrosit
-          tes koagulasi darah
-          Bilirubin direk/indirek
·         Pemeriksaan penunjang lain :
-          Rontgen foto tulang tengkorak, tulang panjang
-          EKG pada anemia gravis dan atau dekompensasi jantung
H.    Penatalaksanaan
v  Dengan pemberian garam-garam sederhana peroral (sulfat, glukonat, fumarat), preparat, besi secara parenteral besi dekstram, jika anak sangat anemis dengan Hb di bawah 4 gm/dl diberi 2-3 ml/kg packed cell, jika terjadi gagal jantung kongestif maka pemberian modifikasi transfusi tukar packed eritrosis yang segar, dapat pula diberi furosemid.
v  Pengobatan terhadap infeksi sekunder. Untuk menghindarkan anak dari infeksi, sebaiknya anak diisolasi dalam ruangan yang ’suci hama’. Pemberian obat antibiotika hendaknya dipilih yang tidak menyebabkan depresi sumsum tulang. Kloramfenikol tidak boleh diberikan.
v  Makanan. Disesuaikan dengan keadaan anak, umumnya diberikan makanan lunak. Hati-hati pada pemberian makanan melalui pipa lambung karena mungkin menyebabkan luka/pendarahan pada waktu pipa dimasukkan
v  Istirahat. Untuk mencegah terjadinya perdarahan, terutama pendarahan otak.



BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN ANEMIA PADA ANAK

A.    Pengkajian
·         Biodata           :           Bisa terjadi pada semua anak
·         Keluhan utama            :           Lemah badan, pusing anak rewel
·         Riwayat penyakit sekarang
Adanya lemah badan yang diderita dalam waktu lama, terasa lemah setelah aktivitas, adanya pendarahan, pusing, jantung berdebar, demam, nafsu makan menurun, kadang-kadang sesak nafas, penglihatan kabur dan telinga berdengung.
·         Riwayat penyakit keluarga
Ada anggota keluarga yang menderita hematologis.
·         Riwayat penyakit dahulu
-          Antenatal  :           Penggunaan sinar-X yang berlebihan
-          Natal         :           Obat-obat
-          Postnatal   :           Pendarahan, gangguan sistem pencernaan
·         Activity daily life
-          Nutrisi       :           nafsu makan menurun, badan lemah
-          Aktivitas   :           Jantung berdebar, lemah badan, sesak nafas, penglihatan kabur
-          Tidur         :           Kebutuhan istirahat dan tidur berkurang banyak
-          Eliminasi   :           Kadang-kadang terjadi konstipasi
·         Pemeriksaan
-          Pemeriksaan umum
Keadaan umum lemah, terjadi penurunan tekanan sistol dan diastole, pernafasan takipnea, dipsnea, suhu normal, penurunan berat badan.
-           Pemeriksaan fisik
Kepala                : Rambut kering, menipis, mudah putus, wajah pucat, konjungtiva pucat, penglihatan kabur, pucat pada bibir, terjadi perdarahan pada gusi, telinga berdengung
 Thorax               : Sesak nafas, jantung berdebar-debar, bunyi jantung murmur sistolik
Abdomen           : Sistem abdomen, perdarahan saluran cerna, hepatomegali dan  kadang-kadang splenomegali
Extrimitas           :  Pucat, kaku mudah patah, telapak tangan basah dan hangat
-           Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan fungsi sumsum tulang
B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Perubahan perfusi jaringan b/d perubahan komponen seluler yang diperlukan untuk mengirim oksigen atau nutrien ke sel
2.       Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara pengirim dengan kebutuhan oksigen
3.       Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan untuk mencerna makanan atau absorbsi nutrisi yang diperlukan
4.       Resiko tinggi infeksi b/d perubahan sekunder tidak adekuat (menurunnya Hb)
C.    Rencana Tindakan Keperawatan
1.      Perubahan perfusi jaringan b/d perubahan komponen-komponen seluler yang diperlukan untuk mengirim oksigen atau nutrien ke sel.
Tujuan           : Perfusi jaringan adekuat
Kriteria hasil  : Tanda vital dalam batas normal, Membran mukosa merah, akral hangat.
Intervensi       :
a.       Awasi TTV, kaji warna kulit atau membran mukosa dasar kulit
Rasional          : Memberikan informasi tentang denyut perfusi jaringan dan membantu menentukan intervensi selanjutnya.
b.      Atur posisi lebih tinggi
Rasional          : Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi
c.        Observasi pernafasan
Rasional          : Dispnea menunjukkan gejala gagal jantung ringan
d.      Kolaborasi dalam pemberian transfuse
Rasional          : Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki defisiensi, menurunkan resiko tinggi pendarahan
2.      Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara pengirim dengan kebutuhan oksigen
Tujuan                : Dapat melakukan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan
Kriteria hasil      : Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas, Menunjukkan penurunan tanda-tanda vital.
Intervensi            :
a.       Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan daya jalan atau kelemahan otot
Rasional         : Menunjukkan perubahan neorologi karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien atau resiko cidera.
b.       Awasi TD, nadi, pernafasan selama dan sesudah aktivitas
Rasional         : Manifestasi kardiopulmunal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
c.       Ubah posisi pasien/anak dengan perlahan dan pantau terhadap pusing
Rasional         : Hipotensi atau hipoksia dapat menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cidera
d.       Berikan bantuan dalam aktivitas atau ambulasi anak bila perlu
Rasional         : Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien/anak melakukan sesuatu sendiri.
e.       Berikan lingkungan tenang, pertahankan tirah baring bila diindikasikan
Rasional         : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru
3.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan untuk mencerna makanan atau absorbsi nutrisi yang diperlukan.
Tujuan           : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan, nafsu makan meningkat, pasien tidak mual dan muntah
Intervensi       :
a.       Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai anak
Rasional    : Mengidentifikasi terjadinya  defisiensi nutrisi.
b.      Observasi dan catat masukan makanan klien
Rasional    : Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan makanan
c.       Timbang berat badan tiap hari
Rasional    : Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi
d.      Berikan makanan sedikit tapi sering
Rasional       : Menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan mencegah pengosongan gaster
e.       Pantau pemeriksaan Hb, albumin protein dan zat besi serum
Rasional       : Meningkatkan efektivitas program pengobatan termasuk diet nurtrisi yang diberikan
4.      Resiko tinggi infeksi b/d perubahan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
Tujuan             : Tidak adanya infeksi pada sistem tubuh
Kriteria hasil : Mengidentifikasi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi, Meningkatkan penyembuhan luka, eritema dan demam
Intervensi         :
a.       Tingkatkan cuci tangan yang baik bagi perawat dan pasien
Rasional         : Mencegah kontaminasi silang atau kolonisasi bakteri
b.      Pantau atau batasi pengunjung berikan isolasi bila memungkinkan
Rasional         : Membatasi pemajanan pada bakteri infeksi
c.        Pantau suhu catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam
Rasional         : Indikator proses inflamasi atau infeksi membutuhkan evaluasi atau pengobatan
d.      Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
Rasional    : Pemberian antibiotik baik untuk mencegah terjadinya infeksi.
D.    Implementasi
1.      Perubahan perfusi jaringan b/d perubahan komponen-komponen seluler yang diperlukan untuk mengirim oksigen atau nutrien ke sel.
a.       Mengawasi TTV, mengkaji warna kulit atau membran mukosa dasar kulit
b.      Mengatur posisi lebih tinggi
c.       Mengobservasi pernafasan
d.      Berkolaborasi dalam pemberian transfuse
2.      Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara pengirim dengan kebutuhan oksigen
a.       Mengkaji kehilangan atau gangguan keseimbangan daya jalan atau kelemahan otot
b.      Mengawasi TD, nadi, pernafasan selama dan sesudah aktivitas
c.       Mengubah posisi pasien/anak dengan perlahan dan pantau terhadap pusing
d.      Memberikan bantuan dalam aktivitas atau ambulasi anak bila perlu
e.       Memberikan lingkungan tenang, pertahankan tirah baring bila diindikasikan
3.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan untuk mencerna makanan atau absorbsi nutrisi yang diperlukan.
a.       Mengkaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai anak
b.      Mengobservasi dan mencatat masukan makanan klien
c.       Menimbang berat badan tiap hari
d.      Memberikan makanan sedikit tapi sering
e.       Memantau pemeriksaan Hb, albumin protein dan zat besi serum
4.      Resiko tinggi infeksi b/d perubahan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
a.       Meningkatkan cuci tangan yang baik bagi perawat dan pasien
b.      Memantau atau batasi pengunjung berikan isolasi bila memungkinkan
c.       Memantau suhu catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam
d.      Berkolaborasi dalam pemberian antibiotik
E.     Evaluasi
1.      Perfusi jaringan adekuat
2.      Dapat melakukan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan
3.      Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
4.      Tidak ditemukan adanya infeksi

caping day